Jakarta– Berdasarkan data BPS 2023, Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi Indonesia mencapai 31,45% atau meningkat dibanding tahun 2022 yang mencapai 31,16 dan 31,19 di tahun 2021 serta 30,85 di tahun 2020. Namun, APK Pendidikan Tinggi Indonesia itu masih tertinggal dari beberapa negara ASEAN. Menurut World Bank 2022, APK Pendidikan Tinggi Malaysia mencapai 43%, Thailand 49,29%, dan Singapura 91,09%. APK Pendidikan Tinggi merupakan perbandingan antara jumlah mahasiswa dengan jumlah penduduk usia 19-23 tahun dan dinyatakan dalam prosentase.
APK pendidikan tinggi ini terkait dengan hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS yang dirilis pada Agustus tahun 2023, bahwa ada sebanyak 9,9 juta anak muda di Indonesia yang berusia 15-24 tahun yang berada dalam keadaan NEET atau not in employment, education, and training. NEET ini merujuk pada angkatan kerja yang tidak bekerja, tidak menjalani pendidikan, dan tidak mendapat pelatihan.
“Dari 44,47 juta orang anak muda (usia 15-24 tahun) di Indonesia pada periode Agustus 2023, sekitar 22,25% termasuk dalam kategori NEET atau tidak bersekolah, tidak bekerja, juga tidak sedang mengikuti pelatihan,” ungkap BPS dalam laporan Sakernas Agustus 2023 itu.
Laporan itu juga menyebutkan, berdasarkan tingkat pendidikan, anak muda yang tergolong NEET paling banyak merupakan lulusan sekolah menengah atas (SMA) yaitu sebanyak 3,57 juta orang. Lalu, anak muda tergolong NEET yang merupakan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) mencapai 2,29 juta orang, lulusan sekolah menengah pertama (SMP) mencapai 1,84 juta orang, dan lulusan sekolah dasar (SD) atau dibawahnya mencapai 1,63 juta orang. Mirisnya, ada juga anak muda tergolong NEET yang merupakan lulusan universitas jenjang S1, S2, dan S3 yang mencapai 452.713 orang dan lulusan diploma mencapai 108.464 orang.

Namun, dalam data yang dirilis BPS itu juga disebutkan, persentase anak muda yang NEET tahun 2023 yakni 22,25 persen ini, menurun sekitar 0,97 persen dibandingkan periode Agustus 2022.
Data lain yang dirilis BPS, sampai Februari 2024, masih ada 7,2 juta pengangguran di Indonesia. Dari jumlah tersebut, jumlah pengangguran dari lulusan SMK masih merupakan yang paling tinggi dibandingkan tamatan jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 8,62 persen. Lalu, tamatan SMA sebesar 6,73 persen dan Diploma IV, S1, S2, dan S3 sebanyak 5,63 persen.
Baca juga : Hasil Studi: Bantuan PIP, Faktor Terbesar Siswa Terhindar dari Putus Sekolah
Upaya menaikkan APK Pendidikan Tinggi
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Warsito, pada Rapat Koordinasi Persiapan Program Dana Kuliah Bergulir, Maret 2024 lalu mengatakan, masalah pembiayaan memengaruhi APK Pendidikan Tinggi.
“Kita menyadari bahwa APK perguruan tinggi tidak hanya ditentukan dari aspek pembiayaan, namun aspek pembiayaan adalah salah satu yang utama,” ungkap Warsito waktu itu.
Dikatakan Warsito saat itu, berbagai upaya telah dan akan terus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan APK Pendidikan Tinggi. Salah satunya adalah KIP Kuliah. Berdasarkan catatan Kemendikbudristek tahun 2023, total jumlah kumulatif penerima Bidikmisi dan KIP Kuliah sejak tahun 2010 sampai 2023 mencapai 916.827 mahasiswa, kemudian LPDP yang juga memberikan pendanaan beasiswa bagi mahasiswa di dalam dan luar negeri.
Tahun 2024 ini, pemerintah telah menyiapkan anggaran sebesar Rp13,9 triliun untuk membiayai 985.577 orang penerima bantuan sosial KIP Kuliah. Anggaran tersebut untuk membiayai mahasiswa penerima KIP Kuliah ongoing dan mahasiswa penerima KIP Kuliah baru serta mahasiswa penerima bantuan biaya pendidikan ongoing. Jumlah mahasiswa baru penerima KIP Kuliah tahun 2024 ditargetkan 200 ribu orang.

KIP Kuliah merupakan transformasi dari program Bidikmisi yang sudah berlangsung sejak Tahun 2010. KIP Kuliah sendiri mulai diluncurkan Tahun 2020 dan disempurnakan Tahun 2021 melalui KIP Kuliah Merdeka. Program ini bertujuan untuk meningkatkan perluasan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi secara lebih merata dan berkualitas bagi masyarakat yang kurang atau tidak mampu secara ekonomi.
Baca juga : Hasil Tracer Study 2023 : Mayoritas Alumni Bidikmisi Berhasil Tingkatkan Ekonomi Keluarga
Pada sebuah webinar, Sesjen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (KemendikbudRistek), Suharti, menyebut, Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K) telah meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia.
“APK 2015, 1 dari 20 penduduk usia 19 sampai 24 tahun ikut pendidikan tinggi. Di 2021, meningkat jadi 1 dari 16,” ujarnya.
Menurut Suharti, KIP Kuliah menjadi salah satu program strategis di sektor pendidikan yang memberi kesempatan pada setiap anak Indonesia untuk mengenyam pendidikan tinggi.
Selain KIP Kuliah, masih dalam upaya meningkatkan APK Pendidikan Tinggi dan sekaligus memberi kesempatan pada semua lulusan SMA/SMK dan MA di Indonesia untuk mengenyam pendidikan tinggi, Kemendikbudristek juga telah menggelar program Beasiswa Unggulan yang sampai dengan tahun 2023 telah membiayai sebanyak 4850 mahasiswa jenjang S1.
Upaya lain juga dengan digelarnya Program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik). Program ini khusus menyasar siswa-siswi lulusan SMA/SMK/MA dari Papua, daerah khusus atau 3T dan anak dari Pekerja Migran. Pada tahun anggaran 2023, melalui ADik, pemerintah telah memberikan beasiswa kepada 7.417 mahasiswa asal Papua, daerah Khusus atau 3T dan anak repatriasi atau buruh migran untuk berkuliah di berbagai pendidikan tinggi di seluruh Indonesia.

Selanjutnya, Kemendikbudristek juga mengelola Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) melalui Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi (BPPT) untuk 6.236 mahasiswa. Dari sejumlah itu, berdasarkan seleksi tahun 2021-2024, untuk jenjang S1, jumlah penerima beasiswa mencapai 2.259 mahasiswa.
Selain pemerintah, pihak swasta dan organisasi non profit juga telah lama menyediakan beasiswa jenjang S1, seperti Djarum Foundation, Tanoto Foundation, Baznas, Dompet Dhuafa, Bank Indonesia, dan sebagainya. Beberapa pemerintah daerah juga telah berpartisipasi dalam menaikan APK pendidikan tinggi melalui pemberian beasiswa bagi mahasiswa jenjang S1.