Jakarta–Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, memberi tips dan trik agar pelajar Indonesia memiliki kompetensi sebagai warga global atau warga dunia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan, yang dimaksud warga dunia adalah siapapun orang yang mengakui bagian dari komunitas global yang saling terhubung dan memiliki tanggung jawab terhadap kesejahteraan dan masa depan umat manusia di seluruh dunia.
Dikatakan Abdul Mu’ti, generasi pelajar Indonesia harus mampu menjadi warga global tanpa kehilangan jati diri kebangsaannya, atau tanpa harus melepaskan identitas sosial maupun nasional.
“Dengan identitas nasional yang kuat, kita lebih siap untuk menjadi warga dunia,” ujar Mendikdasmen dalam acara peresmian International Class Program di SMA Muhammadiyah Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, pada Minggu (20/4).
Abdul Mu’ti memberikan dua kunci agar siswa Indonesia memiliki kompetensi sebagai warga global. Pertama adalah pengetahuan dan kemampuan yang kuat, khususnya terkait kompetensi abad ke-21. Kedua, penguasaan bahasa asing sebagai langkah awal untuk membuka akses ke berbagai peluang internasional.
Untuk kunci pertama tadi, yakni memiliki pengetahuan dan kemampuan yang kuat, khususnya terkait kompetensi abad ke-21, Abdul Mu’ti meminta para pelajar Indonesia memiliki empat soft skills utama, yaitu komunikasi (communication), berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity), dan kolaborasi (collaboration).
Namun, lanjutnya, selain itu, pelajar Indonesia juga membutuhkan dua keterampilan lain yang tidak kalah penting, yaitu karakter (character) dan kewarganegaraan (citizenship).
“Dengan semua keterampilan ini, kita mampu beradaptasi dalam berbagai situasi dan menentukan keberhasilan kita di masa depan,” lanjutnya.
Yang juga penting, Abdul Mu’ti menekankan pentingnya memiliki growth mindset, yakni pola pikir bahwa setiap individu dapat berkembang dengan mengubah cara berpikir dan perilakunya.
“Dengan growth mindset ini, kita juga bisa ikut mengubah masyarakat dan membangun kompetensi masa depan, sambil tetap memperkuat identitas pribadi. Karena kita tidak bisa menjangkau dunia tanpa identitas, keterampilan, dan kompetensi yang kita miliki,” jelasnya.