Jakarta- Dalam 10 tahun terakhir, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mengalami tren peningkatan dari 68,90 pada tahun 2014 menjadi 73,55. salah satu pendukung peningkatan IPM tersebut adalah Harapan Lama Sekolah (HLS) anak usia 7 tahun ke atas yang meningkat dari 12,55 pada tahun 2015 menjadi 13,15 pada tahun 2023.
“Kemendikbudristek menggunakan Harapan Lama Sekolah untuk menghitung berapa lama anak usia 7 tahun yang masuk sekolah sekarang berada dalam sistem, dan sekarang posisi tersebut sudah mencapai 13,1 tahun dan melebihi target 12 tahun,” ungkap Sekretaris Jenderal (Sesjen) Kemendikbudristek, Suharti, dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang disiarkan langsung melalui kanal Youtube FMB9ID_IKP, Selasa (17/9).
Peningkatan IPM dan HLS tersebut, dikatakan Suharti, merupakan salah satu bentuk capaian pemerataan akses layanan pendidikan serta peningkatan kualitas pendidikan melalui terobosan Merdeka Belajar untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) unggul.
“Kami semakin yakin bahwa pembangunan pendidikan dibawah pemerintahan Presiden Joko Widodo telah berada di koridor yang benar,”ujar Suharti.
Salah satu program Kemendikbudristek yang mendorong terjadinya peningkatan IPM dan HLS adalah penyaluran Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi. “Tentunya hal ini bertujuan untuk menahan anak-anak Indonesia putus sekolah dan menurunkan disparitas antara kelompok termiskin dengan kelompok terkaya,” ungkap Suharti.
Selain itu, Kemendikbudristek juga telah menyesuaikan satuan biaya Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) “Satuan biaya antara daerah perkotaan dengan daerah tertinggal, terdepan, dan terluar atau 3T, berbeda dengan yang ada di Jakarta atau di Surabaya. Tidak lagi sama rata untuk seluruh wilayah Indonesia,” katanya.
Dalam meningkatkan akses pendidikan di daerah 3T dan mencapai angka Harapan Lama Sekolah itu, Kemendikbudristek juga melakukan berbagai upaya, yakni dengan program Afirmasi Pendidikan Profesi Guru (PPG), Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik), dan Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM).
“Program Kampus Mengajar juga turut dilibatkan untuk membantu guru-guru di daerah 3T. Adik-adik mahasiswa membantu guru mengajar dan sekaligus menginspirasi peserta didik di sana untuk terus meraih masa depan yang cerah,” imbuh Suharti.
.Dalam kesempatan itu,Suharti mengungkapkan, dampak positif dari Merdeka Belajar kini mulai terlihat dengan penerapan Kurikulum Merdeka. Sekolah-sekolah yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka dalam tiga tahun terakhir terbukti jauh lebih baik hasil capaian literasi dan numerasinya dibandingkan dengan sekolah yang baru satu atau dua tahun dan sekolah yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka.