Jakarta– Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) terus mendorong sekolah-sekolah negeri dan swasta untuk memberikan layanan pendidikan kepada anak-anak yang berkebutuhan khusus dengan memberikan layanan pendidikan yang inklusif.
Menurut Mendikdasmen, Abdul Mu`ti, Hal itu sesuai dengan visi besar Kemendikdasmen, yakni “Pendidikan Bermutu untuk Semua” yang memastikan bahwa setiap anak, tanpa kecuali, mendapat haknya sebagai warga negara untuk menerima layanan pendidikan bermutu.
“Anak-anak berkebutuhan khusus itu adalah tanggung jawab kita semua untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik agar mereka tumbuh menjadi anak-anak yang hebat,” tegas Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu`ti, beberapa waktu lalu.
Menurut Abdul Mu’ti, layanan pendidikan inklusif bukan semata-mata menerima keberagaman di ruang kelas, tetapi juga memastikan setiap anak mendapat layanan sesuai kebutuhannya.
Dikatakannya, pendidikan inklusif memiliki dua makna penting. Pertama, semua anak—apapun latar belakang, kondisi fisik, atau agamanya—dapat belajar di tempat pendidikan yang sama. Kedua, layanan pendidikan yang inklusif itu juga dapat memberikan perhatian dan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak.
Abdul Mu’ti mengungkapkan tiga alasan pentingnya pendekatan inklusif di sekolah-sekolah reguler. Pertama, agar anak-anak berkebutuhan khusus dapat berinteraksi dengan teman-teman sebayanya, sehingga tumbuh rasa percaya diri dan semangat untuk berkembang. Kedua, agar tumbuh rasa empati oleh masyarakat, khususnya oleh anak-anak yang sebaya, agar mereka bisa menerima anak-anak berkebutuhan khusus sebagai bagian dari teman-teman mereka. Ketiga, pendekatan inklusif memungkinkan layanan pendidikan diberikan dengan lebih sesuai.
“Inilah pesan yang hendaknya menjadi landasan untuk kita bergerak bersama-sama, agar anak-anak berkebutuhan khusus dapat menerima layanan pendidikan terbaik dan tumbuh menjadi generasi Indonesia yang berperan serta dengan kemampuan yang mereka miliki,” pungkas Mendikdasmen.
Sejumlah tantangan
Beberapa waktu lalu, pada peringatan Puncak Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2024 bertema “Bersama Mewujudkan Inklusivitas Menuju Generasi Maju dan Berkarya”, Abdul Mu’ti menghimbau agar semua pihak membangun lingkungan yang inklusif, mulai di ruang-ruang pendidikan hingga lingkungan bermasyarakat.
Diakuinya, sampai saat ini, pembangunan lingkungan yang inklusif, terutama di ruang pendidikan masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Di antaranya adalah terkait dengan implementasi kebijakan inklusif di lingkungan sekolah, baik di tingkat nasional maupun daerah.
“Masih terdapat beberapa tantangan dalam implementasi pendidikan yang inklusif di masa mendatang yang harus kita selesaikan bersama, mulai dari tantangan implementasi kebijakan inklusif di lingkungan sekolah sampai kepada dukungan dan regulasi pendidikan inklusif di tingkat daerah,” ujarnya.
Abdul Mu’ti mengingatkan, semangat inklusivitas ini harus mampu memberikan ruang bagi setiap individu untuk bersinar tanpa batas.