Bandung– Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi (BPPT) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi akan meluncurkan program percepatan pemenuhan dosen di tahun 2024 ini. Program yang merupakan kolaborasi BPPT dengan Ditjen Pendidikan Vokasi, Ditjen Pendidikan Tinggi, Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan tersebut menargetkan untuk mencapai 20% densitas S3, atau menurut identifikasi dibutuhkan sekitar 75 ribu dosen S3 sampai tahun 2030, baik itu dosen di perguruan tinggi akademik maupun perguruan tinggi vokasi.
“BPPT memang punya skema beasiswa untuk calon dosen jenjang S2 dan S3 selain Beasiswa Indonesia Maju, calon guru SMK dan pelaku budaya, tapi kalau mengandalkan skema reguler tersebut, kita akan kekurangan dosen S3 di tahun 2030, karena itu perlu dilakukan percepatan,“, tegas Anton Rahmadi, Kepala BPPT, beberapa waktu lalu di Bandung.
Pemerintah, kata Anton, melakukan program percepatan pemenuhan dosen tersebut melalui beberapa skema, yakni, pertama, rekrutmen dosen melalui pengangkatan sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Kedua, Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang baru bekerja lebih dari setahun, namun ingin menjadi dosen diperkenankan mulai berproses mencari studi dan kemudian mengajukan tugas belajar.
“PNS yang baru kerja setahun, maka tahun kedua bisa mulai mengajukan untuk melanjutkan studi, “kata Anton.
Pemerintah juga menggelar Program Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) yang dikelola Dirjen Diktiristek. Sebagai padanan program PMDSU, BPPT Puslapdik menyasar calon dosen percepatan studi S2-S3 di luar negeri yang bersumber dari mahasiswa lulusan S1 dengan IPK 3,5 atau cum laude dan wajib kembali ke lembaga/instansi asal. Mahasiswa tersebut diberi kesempatan mengikuti PMDSU yakni mengikuti jenjang S2 langsung ke jenjang S3 di luar negeri.
“Program percepatan gelar di luar negeri ini digelar untuk memenuhi tuntutan nasional, yakni jumlah dosen bergelar S3 mencapai 20 persen dari total jumlah dosen yang saat ini masih defisit 3 persen, persesjen terkait hal ini sedang dalam rancangan, “jelas Anton.
Baca juga: Perguruan Tinggi Diharap Dorong Para Dosennya Ikut Seleksi BPI-Kemendikbudristek
Pada program padanan PMDSU khusus ke luar negeri ini, BPPT Puslapdik terlibat dalam penentuan universitas tujuan dan memastikan akan memilih universitas-universitas terbaik. Saat ini, BPPT Puslapdik sudah siap menjalin kerjasama dengan Nanyang Technological University Singapura.

Hilirisasi calon guru SMK
Selain itu, dikatakan Anton, BPPT Puslapdik akan melakukan hilirisasi calon guru SMK, Pendidikan Guru SD, dan Pendidikan Jasmani. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan guru dan mengantisipasi guru yang pensiun.
“Kebutuhan guru SMK kita sekitar 350 ribu orang sampai tahun 2029, “kata Anton.
Calon guru SMK sebetulnya sudah dijaring BPPT Puslapdik kurang lebih sebanyak 100 orang per tahun. Selain itu, harapan juga ada dari mahasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi dan Asrama Mahasiswa Nusantara yang berpotensi disalurkan menjadi 1700 guru di tahun 2025, ditambah potensi mahasiswa penerima KIP Kuliah.
“Kita akan lakukan tracer study bagi semua mahasiswa penerima Beasiswa dan bagi yang berkualifikasi sesuai dengan nilai yang baik kita tawarkan untuk jadi guru SMK. Ini merupakan kolaborasi antara BPPT, Puslapdik, Ditjen Pendidikan Vokasi dan Ditjen GTK, “ujar Anton.
Baca juga : Raeni Bagikan Tips Kuliah di Luar Negeri
Pembukaan pendaftaran BPI 2024
Semua skema tersebut, dikatakannya,akan mulai dibuka pendaftarannya sekitar April dan dijadwalkan Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarin, meluncurkan program tersebut. Sementara seleksi akan dilakukan sekitar Mei 2024.
“Soal akreditasi, kita akan menginisiasi, bila ada prodi yang terakreditasi internasional dan sifatnya bukan masa percobaan, akan bisa menerima mahasiswa BPI-Kemendikbusristek mulai tahun depan, “kata Anton.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Negeri Yogyakarta, Siswantoyo, mengapresiasi upaya percepatan pemenuhan dosen melalui berbagai skema tersebut.
“Akan berdampak positif bagi pembangunan sumberdaya manusia menuju Indonesia Emas 2045, “katanya.
Siswantoyo juga mengusulkan agar dilakukan tracer studi bagi alumni BPI. “Usul dan harapan saya, jangan hanya terfokus pada input proses dan output, tapi juga fokus pada tahap berikutnya, yakni outcome atau impak. Bagaimana alumni BPI berkontribusi balik bagi bangsa, karena itu perlu dilakukan tracer studi bagi semua penerima Beasiswa, “katanya.