Malang– Prioritas pertama mahasiswa penerima KIP Kuliah adalah siswa yang saat di jenjang pendidikan dasar dan menengah menerima bantuan Program Indonesia Pintar (PIP). Hal itu didasari harapan pemerintah, agar siswa penerima PIP Pendidikan Dasar dan Menengah melanjutkan ke perguruan tinggi melalui bantuan KIP Kuliah.
Salah satu mahasiswa penerima KIP Kuliah yang saat di jenjang pendidikan dasar dan menengah memperoleh PIP adalah Ayu Pramitha, mahasiswi semester 3 pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang (UM).
“Saya menerima PIP tiga kali, saat di SD, SMP, dan SMA. Lulus SMA Tahun 2021, tapi gagal pada seleksi masuk perguruan tinggi, Tahun 2022 ikut lagi, Alhamdulillah lolos, “kata Mitha—panggilan akrabnya—sata ditemui di rumahnya di Desa Kebobang, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Minggu, 5 November kemarin.
Dikatakan Mitha, pilihannya pada Prodi Akuntansi didasari kesenangannya pada pelajaran matematika. Namun,diakuinya, sebetulnya ia tertarik untuk masuk Prodi Farmasi dan mencoba daftar pada prodi Farmasi Tahun 2021, namun ternyata gagal. Karena itu, Tahun 2022 mencoba lagi dengan pilihan Prodi Akuntansi dan berhasil.
“Saya bersyukur bisa diterima di perguruan tinggi dengan bantuan KIP Kuliah, sebab kalau tidak ada KIP Kuliah, saya tentu tidak bisa kuliah, mungkin saya langsung kerja lulus SMA atau mencoba usaha, “kata anak bungsu dari tiga bersaudara itu.
Rasa syukur Mitha karena bisa kuliah itu beralasan.Ibunya hanya penjahit kecil-kecilan di rumahnya dan ayahnya hanya tukang pijit keliling dengan penghasilan yang tidak menentu. Rumah orang tuanya Mitha sangat sederhana, menyatu dengan rumah neneknya dan bibinya. Sebuah ruangan berukuran kira-kira 2 x4 meter dan berdinding bata merah yang sudah kusam di pojok rumahnya dimanfaatkan ibunya untuk usaha menjahit.
Baca juga : Komisi X DPR : PIP dan KIP Kuliah Terasa Manfaatnya Oleh Masyarakat
Bantuan KIP Kuliah yang diterimanya digunakan betul oleh Mitha untuk membantu perkuliahan, termasuk membeli laptop. Beruntung, sejak di sekolah di SMAN 1 Malang, Mitha tinggal di rumah Pakliknya, di Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, yang tak begitu jauh dari kampus UM sehingga tak perlu nge-kost.
“Hanya saya yang bisa kuliah,kedua orang kakak saya hanya tamat SMA, “ujar Mitha.
Semangat untuk kuliah juga ditunjukkan dengan nilai IPKnya pada semester 2 mencapai 3,5. Menurut Mitha, bantuan KIP Kuliah yang diterimanya dituntut untuk berprestasi atau setidaknya memiliki nilai-nilai yang baik.
“KIP Kuliah kan menuntut penerimanya untuk memiliki nilai diatas standar minimal, karena itu, agar tetap dapat KIP Kuliah, saya bertekad nilai akhir setiap mata kuliah setidaknya B, jangan sampai C, “ungkapnya.
Mitha juga tertarik ikut program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), salah satunya program pertukaran mahasiswa. Mitha merencanakan untuk mengajukan permohonan agar bisa menjadi peserta program pertukaran mahasiswa. “Saya ingin mencoba kampus di Universitas Sumatera Utara (USU) karena ada teman dekat saya yang kuliah di sana, “ujarnya.

Baca juga : Annisa Mardiyanti Yang Bersyukur Meraih Profesi Dokter Melalui Bidikmisi
Ingin kuliah sejak SMA
Ibunya Mitha,Siti Arofah, merasa bersyukur dan berbahagia sekali ada anaknya yang bisa sampai ke perguruan tinggi. Diantara saudara-saudaranya dan keluarga besarnya, hanya Mitha yang sempat menikmati bangku perguruan tinggi.
“Mitha memang yang paling ingin sekali kuliah sejak dulu, saya juga mendukungnya walaupun agak ragu dan pesimis karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung, saya pernah bertanya pada Mitha “apa nanti ngga minder punya teman yang mampu’,tapi Mitha memang punya semangat yang tinggi dan selalu berpikir positif, “jelas Arofah.
Namun, Arofah beruntung, keluarganya yang ikut Program Keluarga Harapan (PKH) membuat Mitha bisa mendapatkan bantuan PIP sejak di SD dan selanjutnya memperoleh KIP Kuliah. Menurutnya, pada beberapa pertemuan di balai desa, kerap disosialisasikan tentang KIP Kuliah bagi peserta PKH, namun, menurutnya, pihak desa tidak terlalu serius melakukan sosialisasi sehingga tidak banyak penduduk yang berminat.
“Anak saya ikut seleksi KIP kuliah juga bukan karena dorongan saya, Mitha diam-diam ikut seleksi KIP Kuliah, “katanya.
UM lakukan pembinaan
Rektor Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. Hariyono M.Pd, menegaskan, UM melakukan pembinaan ke semua mahasiswa, baik yang penerima Bidikmisi atau KIP Kuliah, mahasiswa regular, atau bahkan terhadap mahasiswa difabel.
Namun, diakuinya, ada kekhususan bagi mahasiswa penerima KIP Kuliah. Hal itukarena ada persyaratan standar minimal IPK.
“Kita lakukan pembinaan terhadap mahasiswa penerima KIP Kuliah yang IPK nya dibawah 2,75. Kita lakukan pembinaan selama dua semester, bila tidak ada perbaikan, terpaksa kami ajukan untuk dihentikan bantuan KIP Kuliahnya, “katanya.

Pembinaan dilakukan melalui bagian bimbingan dan konseling yang dilakukan para dosen dan psikolog. Selain itu juga ada forum advokasi mahasiswa yang selalu mendampingi mahasiswa,baik dalam menangani masalah akademik maupun non akademik.
“Untuk mahasiswa penerima KIP Kuliah,kami dorong untuk tidak minder, tapi juga untuk tidak over convident, tidak berlebihan dalam menggunakan uang bantuan KIP Kuliahnya, “jelasnya.
Dikatakan Hariyono,pihaknya mendorong mahasiswa penerima KIP Kuliah untuk mempunyai kecerdasan finansial,yakni bagaimana mengelola bantuan KIP Kuliah sebaik-baiknya, selain juga didorong punya kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual.
Diakui,seperti halnya mahasiswa regular, masih ada mahasiswa penerima KIP Kuliah yang drop out. Penyebab terbesarnya adalah tidak mencapai standar minimal IPK yang dipersyaratkan. Namun,Hariyono juga menyebutkan, banyak juga mahasiswa penerima KIP Kuliah yang punya prestasi, baik akademik maupun non akademik, baik skala kampus maupun nasional.